BIREUEN – Puluhan kaum perempuan yang tinggal di sekitar kawasan Rawa Paya Nie mengikuti kegiatan pelatihan diversifikasi produk Paya Nie di Balai Camp Uteun, Blangme Kutablang, Bireuen, pada Hari Rabu-Minggu 20-24 Juli 2022.
Kegiatan tersebut sebagai bagian dari upaya pelestarian Rawa Paya Nie sebagai habitat konservasi yang digagas Aceh Wetland Foundation bekerja sama dengan LSM Selamatkan Hutan Hujan.
Direktur AWF, Yusmadi mengatakan, kegiatan pelatihan itu dilaksanakan untuk meningkatkan ketrampilan kaum perempuan menciptakan keberagaman produk kerajinan dari hasil rawa Paya Nie.
Tahun sebelumnya, AWF sudah melatih masyarakat membuat sandal, pot bunga, kotak tisu, keranjang, kantong belanja non plastik dan beragam produk souvenir lainnya dari hasil rawa Paya Nie.
Saat ini, AWF kembali mengembangkan produk kerajinan dari kombinasi jahitan dan anyaman. Sehingga, akan melahirkan produk yang lebih bernilai jual tinggi.
Dalam pelatihan tersebut, peserta sudah bisa menciptakan tas dari anyaman dan jahitan.
“Kami berharap mendapat dukungan lebih luas lagi dari masyarakat Bireuen, sehingga produk ini akan mendapat tempat di masyarakat lokal,” kata Yusmadi.
Ketua Kelomok UMKM Beujroh, Ruhani mengatakan, masyarakat sangat antusias belajar memperdalam ketrampilan menjahit dan menganyam.
“Sebelumnya, kami hanya bisa menganyam, ini ketrampilan baru yang sangat berguna bagi kami,” kata Ruhani.
Dikatakan, UMKM Beujroh akan terus berusaha memasarkan produk dari hasil hutan di daerah ini. “Ke depannya kami sangat membutuhkan dukungan pemasaran dari semua pihak, sehingga hasil hutan Paya Nie bisa kami manfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama kaum perempuan,” pungkas Ruhani.
Sebagaimana diketahui, Paya Nie adalah rawa yang menjadi fungsi lindung untuk kawasan resapan air. Bagian dari ekosistem Paya Nie di pantai utara Sumatera telah dikeringkan dan diubah menjadi ladang dan perkebunan kelapa sawit selama dekade terakhir.
Akibatnya, fungsi rawa sebagai daerah resapan air terganggu secara masif. Penduduk setempat menderita kekurangan air dan para pemerhati lingkungan mengklasifikasikan daerah itu sebagai terancam secara ekologis.
Ekosistem Paya Nie terkenal dengan kehidupan burungnya dan sebagai rumah musim dingin bagi burung-burung yang bermigrasi. Otiritas Adat saat ini melarang aktivitas perburuan burung dan penangkapan ikan dengan dinamit dan listrik. (*)